“Profesi penulis itu sulit. Sulit dijadikan sumber pendapatan.”
Demikian pendapat seorang kawan non penulis, yang diamini seorang kawan lain yang sudah lama berkecimpung di dunia tulis menulis. Pendapat umum yang dipercayai kebenarannya bahwa profesi menulis memang tidak menjanjikan.
Masak sih?
Kok banyak juga yang berhasil menjadikan menulis sebagai profesinya?
Mereka penulis profesional, yang menjadikan menulis sebagai sumber utama penghidupan.

Ternyata, inilah sejumlah strategi jitu mereka, bagaimana bisa menjadikan menulis sebagai profesi utama yang menghasilkan dan mensejahterakan.
- Kuasai dulu dong ilmu (teori dan praktik) tentang menulis. Terserah Anda mau kuasai ilmu menulis akademis, populer, fiksi atau non fiksi. Pokoknya kuasai, sehingga sambil mata terpejampun Anda tetap bisa menulis.
- Tentukan tujuan. Misal mau menjadi penulis profesional yang … (tujuan materi atau non materi). Tujuan ini biasanya menjadi sumber motivasi utama dalam menjalani profesi apapun. Saya sendiri menentukan tujuan menjalani profesi menulis (awalnya) dengan patokan pendapatan di kantor lama. Tahun pertama, sama dengan pendapatan di kantor lama. Tahun kedua, dua kali lipat. Tahun ketiga, tiga kali lipat dan seterusnya.
- Rumuskan dan rencanakan cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Contoh:
Anda punya target pendapatan sebagai seorang penulis pro adalah Rp 10.000.000,- setiap bulan. Sebuah angka yang lumayan tinggi bukan? Setara dengan gaji pokok pegawai pajak level staf deh, hehe… Maka, kita harus menentukan jenis tulisan apa yang bisa memenuhi target tersebut. Yuk kita rinci satu persatu.
Tulisan bentuk artikel/cerita pendek (cerpen), nilainya adalah sekitar Rp 200.000,- sampai Rp 3.000.000,- per tulisan. Kita ambil angka terendah yaitu Rp 200.000,-/artikel/cerpen. Berapa artikel yang harus ditulis dalam sebulan agar mampu menghasilkan Rp 10.000.000,-? Ambil kalkulator gih! Hitung… Harus mampu menulis 50 artikel/cerpen dalam sebulan. Atau 2 tulisan per hari. Mampukah? Secara teori bisa tapi praktiknya sulit. Anda harus mengirim ke media cetak/online yang berbeda-beda bukan?!
Berikutnya, naskah dalam bentuk buku/novel, dengan jumlah 150-250 halaman, nilainya adalah kisaran Rp 10.000.000 – Rp 25.000.000, (dihitung dari rata-rata harga buku Rp 30an rb – Rp 70an rb). Jumlah cetakan pertama berkisar 2000-5000 eksemplar. Dengan data tersebut, maka kita cukup menulis 1 judul buku setiap bulan, untuk meraih pendapatan sesuai target. Secara teori bisa, tapi praktiknya sulit. Walaupun banyak juga yang sudah mampu melakukannya, terutama yang sudah cukup senior. Hitungan ini belum termasuk jika buku/novelnya dicetak ulang. Tapi harus jaga-jaga juga, siapa tahu bukunya tidak laku…

Dua bidang penulisan di atas adalah yang paling umum dikerjakan oleh penulis profesional. Untuk mencapai target, silakan utak-atik berapa jumlah artikel/cerpen berbayar yang harus ditulis dan berapa jumlah buku/novelnya. Jika dikombinasikan, hasilnya bisa saja cukup menulis 10 artikel/cerpen dan ¾ buku setiap bulannya. Atau mungkin harus 2 buku/novel perbulan. Silakan hitung hasilnya sesuai rumus pada paragraf sebelumnya dengan pertimbangan sejumlah kemungkinan, seperti tidak laku atau cetak ulang.
Dengan pengetahuan tentang tarif dan honor menulis, maka irama kerja kita menjadi lebih terarah. Apalagi pasti kita juga akan menemukan peluang-peluang lain di bidang penulisan yang bisa dimasuki.
Misal, menulis artikel di media sosial. Banyak pihak yang butuh branding. Media sosial menjadi salah satu jembatan pesan branding tersebut. Mereka berani membayar penulis, dengan prinsip ‘yang penting brandnya makin kuat dan terkenal’. Media sosial bukan hanya facebook dan twitter, tapi juga laman bebas isi seperti Kompasiana atau Detikforum.
Atau peluang menyediakan jasa penulisan naskah artikel/buku buat pihak lain. Anda menjadi penulis pendamping (co writer) atau penulis bayangan (ghost writer). Jangan bayangkan yang jau-jauh dan besar dulu. Karena semua penulis profesional dan senior, pada mulanya juga melalui tahap-tahap awal. Bantu orang lain dengan tarif murah dulu atau mungkin sharing royalti. Lama-lama nama kita akan naik nilanya, yang otomatis akan mendongkrak nilai kontrak!
Satu lagi, jangan lupa untuk selalu dekat dengan penerbit. Penerbit yang setiap bulan memproduksi banyak buku, bukan penerbit yang hanya terbitkan satu dua buku perbulan. Dengan penerbit Anda bisa bekerjasama. Penerbit butuh naskah dan biasanya mereka sudah punya daftar tema buku apa saja yang harus terbit selama setahun, selain tema-tema sesuai tren yang berkembang. Anda bisa menjadi penyedia naskah sesuai pesanan tema dari penerbit. Kalau Anda benar-benar serius menjalani profesi menulis, seharusnya bisa memenuhi pesanan 6-12 buku pertahun buat sebuah penerbit. Sudah banyak yang melakukan!
Kalau mau serius menjadi penulis profesional, ya memang harus sungguh-sungguh juga dalam melakukannya, plus strategi yang benar. Menjadi penulis profesional, bukan menjadi pekerja biasa seperti karyawan. Penulis profesional lebih mirip dengan penyanyi atau MC, yang biasa disebut self employee (pekerja independen). Dia kadang mirip seperti pengusaha. Memproduksi sesuatu, lalu memasarkannya. Sebuah produk kadang gagal kadang berhasil. Jadi, mental yang dibutuhkan seorang penulis profesional bukan mental karyawan/buruh, melainkan mental pengusaha, atau minimal mental pekerja independen.
Semoga bermanfaat!
Read Full Post »