“Pendengar, jika Anda mengalami sakit kepala… segera minum XXXX, obat sakit kepala yang sudah terbukti manjur. XXXX mengandung paracetamol dalam dosis yang tepat, dilengkapi dengan cafein. XXXX dengan cepat bereaksi menyembuhkan sakit kepala Anda. Tidak perlu ragu-ragu lagi, minum saja XXXX begitu Anda mengalami sakit kepala. XXXX terbukti majur! Sakit kepala XXXX obatnya.”
Pernahkah Anda mendengar iklan semacam itu? Yang disampaikan langsung oleh penyiar. Jenis iklan yang disampaikan langsung oleh penyiar dengan hanya membacakan atau menyampaikan secara monolog seperti itu disebut dengan adlib.
Adlib berasal dari kata adlibitum dalam bahasa Latin yang berarti spontan atau tanpa persiapan namun penuh improvisasi. Sebagian praktisi radio menyebutnya sebagai adlip, atau iklan bibir karena menganggap iklan tersebut hanya berupa suara langsung penyiarnya tanpa dibumbui bunyi/suara lainnya. Sebuah anggapan keliru.
Sejumlah stasiun radio menilai adlib lebih tinggi dibanding iklan spot. Dan memang demikian seharusnya. Walaupun sebagian radio lainnya, menganggap adlib sama saja dengan spot atau malah menilainya lebih rendah. Penilaian itu bisa dilihat dari berapa tarif pemasangan adlib di radio tersebut. Misalnya di sebuah stasiun radio ternama di Jakarta. Adlib dihargai Rp 650.000/sekali tayang. Sedangkan iklan spot, hanya dihargai Rp 550.000/sekali tayang. Artinya, nilai pemasangan adlib lebih tinggi Rp 100.000 atau 20% dibanding iklan spot.
Kenapa adlib seharusnya dihargai lebih tinggi? Betikut ini penjelasannya.
- Adlib adalah iklan yang ditempatkan tidak di slot iklan, melainkan pada saat penyiar berbicara dengan materi-materi sesuai jenis acaranya. Biasanya, pendengar akan pindah frekuensi begitu iklan mengudara pada slot tertentu. Namun, karena adlib tidak berada di slot tersebut maka pendengar tidak akan sempat mengganti frekuensinya. Sebagai perbandingan, lihatlah iklan sejenis ini di televisi. Mereka menyebutnya sebagai build in product, yaitu sebuah produk yang ditampilkan di dalam materi siaran. Misal di meja penyiar atau melekat pada penyiar/pengisi acara dalam bentuk baju, topi dan lainnya. Build in product tidak di slot iklan, tapi berada dalam program. Penonton tidak dalam posisi untuk memindahkan channel televisinya. Nilai iklan semacam ini lebih mahal dibanding iklan spot.
- Adlib melekat dengan materi siaran. Karena melekat sebagai materi siaran, maka pendengar cenderung tidak merasa bahwa hal tersebut adalah iklan. Mereka baru sadar, setelah penyiar kesayangannya menyelesaikan materi tersebut. Kreativitas penggawa radio terutama produser dan penyiar, berperan sangat besar dalam menciptakan adlib yang efektif.
- Karakter penyiar akan melekat pada adlib tersebut. Biasanya penyiar radio memiliki penggemar sendiri, yang punya kedekatan emosional. Bahkan banyak pendengar yang ngefans dengan seorang penyiar. Ketika penyiar tersebut berbicara, maka isi pembicaraannya akan diperhatikan oleh pendengar (terutama fansnya). Gaya penyiar seharusnya menjadi nilai lebih dari sebuah adlib. Masing-masing penyiar punya karakter yang khas dan berbeda.
Tiga hal tersebut menjadi keunggulan adlib dibanding iklan biasa, atau iklan spot. Wajar jika harganya lebih tinggi. Walaupun di sejumlah radio (atau kebanyakan radio?), adlib tidak memiliki kelebihan dibanding iklan spot. Bahkan cara penyampaiannya pun tidak berbeda dengan sekadar ‘membaca iklan’.
Padahal, seharusnya adlib tidak demikian. Adlib radio seharusnya disampaikan:
- Secara spontan. Penyiar menyampaikan iklan secara spontan pada saat acara masih berlangsung dan bukan di slot iklan.
- Penuh improvisasi. Penyiar bebas untuk berimprovisasi dalam menyampaikan iklannya, sesuai dengan gaya siarannya masing-masing.
- Seolah-olah tanpa perencanaan. Ingat, seolah-olah. Padahal, penyiar sudah menyiapkan secara matang (tentu saja dibantu produser atau direktur program).
Beberapa tips di bawah ini, layak dipertimbangkan penyiar radio yang akan menyampaikan adlib.
- Bukan iklan baca atau membaca naskah iklan. Naskah adlib tidak boleh sekadar dibacakan. Tidak ada nilai plusnya. Pengiklan tidak mendapatkan kelebihan dari adlib tersebut. Padahal harus membayar lebih mahal bukan?
- Wajib tidak dirasakan oleh pendengar sebagai iklan. Wajib. Sehingga pendengar akan merasa nyaman-nyaman saja ketika mendengar adlib tersebut. Mereka baru sadar jika penyiar menyampaikan iklan, setelah adlib tersebut selesai disampaikan. Kalau sejak awal adlib sudah dirasakan sebagai iklan, maka adlib tersebut GAGAL.
- Punya beragam variasi penyampaian untuk sebuah iklan. Adlib bukan spot. Bukan iklan baca. Setiap adlib punya cara penyampaian yang berbeda, tergantung siapa penyiar yang mendapatkan tugas menyampaikannya. Beda penyiar beda pula gayanya.
- KREATIF DONG! Namanya juga iklan, maka mau tidak mau, suka tidak suka, penggawa radio wajib ain untuk menyampaikan adlib secara kreatif. Kalau tidak kreatif, bukan orang radio namanya…
Contoh naskah adlib yang TIDAK kreatif:
“Bosan dengan seminar bisnis yang begitu-begitu saja? Kecewa dengan training yang kurang berhasil mengubah cara pandang Anda? Terlalu banyak teori? Atau tidak jauh berbeda dengan yang ada di televisi?
Dodi Jaya Seminar solusinya!
Dan seterusnya…”
Contoh naskah adlib yang LEBIH kreatif:
“Lagu We Are The Champion dari Queen baru saja berlalu. Kalau denger lagu itu, saya selalu teringat masa kejayaan hehe. Dulu, saya juara lho. Juara kelas. Ayo siapa diantara Anda yang dulu juga juara kelas? Masih ingat kan?
Nah, sekarang saya juga mau dong anak-anak saya juga juara. Juara di bidang apapun, termasuk meneruskan kejayaan saya di sekolah dulu, juara kelas! Tapi bagaimana caranya ya?
Ah saya ingat… ada sebuah formula spesial yang bisa membuat anak Anda juara, yaitu Beleketektek. Bukan obat lho. Tapi sebuah formula khusus untuk menambah daya ingat anak menjadi lebih kuat. Anak menjadi lebih berkonsentasi sehinga bisa menyerap pelajaran sekolah dengan lebih baik. Beleketektek cocok buat anak-anak juara.
Sekarang kalau saya dengar lagu We Are The Champion dari Queen tadi, selalu ingat Beleketektek untuk membuat anak saja jadi juara!
Apakah Anda bisa membedakan kedua naskah tersebut?
Selamat mencoba!