Mari Menulis Buku: Takut Dihujat

“Buku apaan sih, nih?”
“Ah kalau bikin buku beginian sih aku juga bisa!”
“Heran… kok buku kaya begini diterbitkan?”

Cacian dan makian semacam itu, tampaknya sudah sering terdengar mengomentari sebuah buku. Biasanya, pendapat-pendapat itu muncul di toko buku, ketika si pencaci melihat-lihat banyak buku. Awalnya saya pun (ketika belum menulis buku) pernah mengeluarkan pendapat serupa, terutama pertanyaan pertama, ”Buku apaan sih nih?”

Tapi, lama kelamaan saya menyadari, buku apapun dengan tema apapun dengan cara penulisan seperti apapun, kalau sudah diterbitkan berarti sudah melalui berbagai tahap.

Pertama, tahap bahwa ide buku itu layak diterbitkan. Berarti ide sang penulis dianggap mempunyai nilai jual tertentu.
Kedua, tahap bahwa bentuk tulisannya sudah layak terbit sesuai dengan segment pembacanya. Apakah tulisannya baik dan benar tidak, bukan persoalan. Yang penting, tulisannya cocok untuk segment yang dituju.
Ketiga, isinya dianggap akan memenuhi kebutuhan atau keinginan pembaca.

Tidak ada penerbit yang mau mengalami kerugian!
Ini yang harus diingat, meskipun ada juga segelintir penerbitan (biasanya bukan penerbitan komersial) yang meluncurkan buku dengan pertimbangan di luar bisnis.

Nah, jika Anda masih takut dengan hujatan, cacian atau makian, yang merendahkan buku atau calon buku Anda, ingatlah tiga point di atas. Jika calon buku atau buku Anda layak terbit, artinya sudah memenuhi ketiga point tersebut. Maknanya, buku atau calon buku tersebut sudah ’sempurna’. Tidak perlu lagi khawatir dengan hujatan, cacian atau makian.

Satu hal yang pasti, Anda sudah berbuat jauh lebih baik dibanding para penghujat, pencaci dan pemaki. Anda sudah mampu membuat buku atau calon buku, sedangkan mereka BELUM TENTU. Biasanya kebanyakan pencaci, penghujat dan pemaki malah tidak mampu membuat buku atau naskah buku.

Selamat menulis buku!

1 Comments

Tinggalkan komentar